Identitas Yang Terlupakan
Mencoba Menghapus Jejak Sejarah, Kader-kader yang terjerembap dalam ruang
pilu belum bisa menemukan pintu keluarnya. Mengakibatkan
runtuhnya moral gerakan dalam tubuh Muhammadiyah. Terjual dan tergadainya identitas diri
kader Muhammadiyah dalam gerakan kepemudaan yang memicu gap dan mendiktonomi dalam
ruang dialektika. Alhasil
menyempitkan ruang dialektika yang idealnya terbuka lebar.
Minimnya literasi serta krisis kepercayaan antara satu sama lain melunturkan solidaritas dan loyalitas terhadap organisasi. Padahal
solidaritas dan loyalitas merupakan salah satu kunci utama yang perlu
dipertahankan demi masa depan organisasi.
Selain itu, sebagai aktivis kader Muhammadiyah kita perlu mempunyai
idealisme. Idealisme yang berlandaskan Al-Qur'an yang tertulis dalam surah
Muhammad Ayat 7 "Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong
(agama) Allah, niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukan mu".
Sering kali kita alpa bahwa pada dasarnya kitalah agen islam yang mengajak
manusia berbuat kebajikan dan menghapus kemungkaran di dunia ini.
Jika temen-temen ditanya tentang apa itu tujuan IMM?
Maka sebagian besar akan menjawab :
Tanfidz IMM BAB
III TUJUAN DAN USAHA Pasal 7 Tujuan IMM adalah mengusahakan terwujudnya
akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah.
Merujuk pada tujuan Muhammadiyah yang menciptakan
masyarakat islam yang sebenar-benarnya. Maka kita sebagai pilar intelektual tertinggi di
Muhammadiyah seharusnya bisa mengejawentahkan gerakan yaitu mengiblatkan Al-Qur'an dan As-sunnah sebagai sumber landasan dan pijakan pada diri tiap kader
Muhammadiyah.
Ada beberapa hal yang perlu kita kritisi dan evaluasi
di dalam tubuh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yaitu pertama, lunturnya
nilai religius. Kedua, terdapat dinding pemisah antar anggota. Ketiga,
rendahnya tingkat literasi dan kecurangan-kecurangan yang dilakukan.
Pertama, tanda-tanda hilangnya religiusitas di pengkaderan Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yaitu melupakan
ibadah sunnah seperti tahajud, witir, qobliyah, ba’diah, duha, puasa-puasa yang ada maupun kajian-kajian kerohanian. Ibadah ritual tidak semata-mata dilakukan hanya
untuk menambah pahala. Bila kita telusuri lebih dalam terdapat nilai-nilai yang
bisa membentuk karakter diri menjadi lebih baik. Lalu, gerakan GJDJ yang digagas dalam Tanfidz hanya mampu diberlakukan
dibeberapa daerah saja dan belum meratanya sosialisasi isi tanfidz dan
perangkatnya.
Kedua, menghapus dinding pemisah hanya karena perbedaan yang tidak relevan dan tidak fundamental
karena bersifat substansi. Perbedaan
ini seharusnya tidak menjadi pemecah belah tetapi sebagai pewarna dalam
organisasi. Ketiga, tingkat literasi dalam pilar intelektual kian semakin
pudar yang menyebabkan suara IMM semakin hilang dari peradabannya yang lahir
dari era 1960an.
Jika kita
berkaca pada tokoh-tokoh Muhammadiyah atau IMM, mereka tidak akan menjadi tokoh
yang saat ini kita kenal jika mereka tidak mengasah kemampuannya. Salah satu
tokoh tersebut adalah Bung Dzasman Al-Kindi. Selain memiliki
tingkat intelektual yang
tinggi, dia juga seorang hafidzullah. Karya tulis
pemikirannya tidak perlu diragukan lagi, mungkin anda akan jenuh jika saya
sebutkan tokoh-tokoh Muhammadiyah yang memiliki intelektual tinggi dan seorang Hafidzullah.
Hari ini telah
hilangnya nahkoda di bahtera kehidupan
organisasi membuat kader-kader di akar
rumput tidak memiliki tokoh panutan dalam diri tubuh IMM
itu sendiri. Hilangnya mereka membuat para aktivis menjadi hilang
akal dalam pergerakan. Mulai dari menunda panggilan adzan, yang notabenenya adalah Allah
yang memanggil hambanya untuk melakukan ibadah ritual kepadanya. Selain itu, peran kemanusiaan yang ada di dalam surah Al-Ma’un seringkali kita lupakan karena
kita terlalu banyak mengejar kehidupan
dunia yang bersifat fana.
Keempat, kecurangan-kecurangan menjangkiti tubuh IMM.
Dalam organisasi stabilisasi perlu dilakukan agar ke depannya gerakan tidak
terhambat. Dengan adanya stabilisasi para kader menyadari bahwa di dalam tubuh
IMM terdapat virus dan bakteri. Virus dan bakteri itu antara lain senior maha
segalanya, mulai dari pemilihan ketua sampai jajaran lainnya serta program
kerja yang sebenarnya tidak relevan lagi dicampurtangani oleh senior. Adanya
tindakan suap menyuap untuk membeli jabatan hanya untuk mengejar eksistensi
dari senior. Hal ini sangat berdampak negatif bagi kader yang berjuang secara
adil karena mematahkan jalan perjuangan dan semangat kader. Akhirnya berakhir
menjadi kader yang sakit hati. Kondisi yang seperti ini tidak berlandaskan
Islam dan nalar kritis intelektual aktivis Muhammadiyah.
Penulis mencoba
memaknai gerakan melalui satu titik tumpu. Salah satunya corak dan identitas kader memudar karena mereka
harus mengikuti arus yang ada atau mereka akan disingkirkan dari arus itu sendiri. Maka gandenglah
kader-kader Muhammadiyah untuk saling peduli akan kesehatan tubuh IMM yang sedang
sangat kritis.
Terlalu banyaknya
virus dan bakteri di dalam tubuh kita, maka rapatkan shaf dan satukan
gagasan ideologi untuk mengembalikan nalar kritis pergerakan
dikembalikan kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Tidak hanya
bermodal TEORI tapi dengan tindakan
dan aksi nyata seperti tugas kita di muka bumi ini berdakwah mengajak kebaikan
dan menghapus kemungkaran.
Sudah terlalu lama kita terbutakan dan menganggap ini
menjadi hal biasa. Mendiamkan kezaliman dan kebatilan yang ada dimuka bumi ini, kita
hanya berusaha mencoba bergotong royong membangun neraka bersama-sama, karena
setiap apapun yang kita lakukan akan dimintai pertanggungjawaban di hari pengadilan
teradil.
Pesan dari sang penulis
ISLAM LAHIR DALAM KEADAAN TERASING DAN KEMBALI KEPADA
KEADAAN TERASING
(SALING TOLONG MENOLONGLAH KITA DALAM AGAMA ALLAH
HINGGA SEPERTI TERLIHAT, TERKESAN BERLOMBA DI DALAM JALAN YANG TELAH ALLAH
RIDHOI
SEMOGA ALLAH SELALU
MEMNUNTUN DAN MEMBIMBING KITA DIJALAN YANG TELAH ALLAH RIDHOI
(AL-FATIHAH AYAT 6 )
AAMIIN!!!
Posting Komentar untuk "Identitas Yang Terlupakan"